Lahir Miskin Boleh tapi Jangan Melahirkan Miskin

andai semua manusia bisa milih mau dilahirkan dari keluarga siapa dan bagaimana kondisinya,  mungkin sekarang kita bingung mau beli gorengan dimana, mau beli sayur kemana, mau servis AC ke siapa dan lainnya. kebayang gak kalau semuanya bisa milih, mungkin semua manusia di dunia ingin lahir dalam keadaan kaya, gak ada lagi yang mau usaha sampe tangan kotor.


ya,, semua gak bisa milih untuk lahir dari orang tua seperti apa. termasuk saya, bahkan mungkin kita semua.
lahir dari keluarga miskin yang mungkin akan saya perhalus bahasanya jadi keluarga sederhana adalah takdir yang Tuhan berikan kepada kita, tinggal kita yang bawanya kedepan apakah akan tetap miskin atau BERUBAH.

sebenarnya agak berat untuk menuliskan tulisan kali ini, tanpa ria sedikitpun atau tanpa ingin dipuji atau mungkin saya belum apa-apa dibanding teman-teman yang lainnya yang mungkin mempunyai penghasilan dan pendidikan berkali-kali lipat dari saya, tapi saya ingin memberikan semangat kepada pembaca dan khususnya kepada anak saya kelak ketika dia bisa membaca tulisan saya betapa saya berusaha untuk tidak melahirkan dalam keadaan miskin. 

dari awal sekolah menengah atas saya sering kali di diskriditkan, saya ingat ada seorang pengajar yang bahkan bilang "Udah gak usah capek-capek belajar paling jauh tamat SMA jadi SPG Trona" (trona = salah satu pusat perbelanjaan di kota saya saat itu) atau guru yang lain bilang "Gak usah serius-serius jawab pertanyaan, paling jauh juga kuliah di UNJA"
beberapa pihak lain selalu bilang dan menyuruh saya sadar bahwa seberapa jauh kemampuan saya untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tanpa dana memadai itu mustahil. orang tua kondisi begini begitu laa, ah banyak laa begitu laa intinya.

hingga singkat cerita saya kuliah, beasiswa. masih juga sering di deskriditkan di wanti-wanti bahwa saya tidak akan menyelesaikan kuliah saya atau mungkin kabur dari keadaan. BIG NO... alhamdulillah saya lulus dengan predikat Cumlaude, di kampus saya berkali-kali menjadi pemenang dalam berbagai lomba yang saya ikuti.

bahkan hingga saya kerja, masih di deskriditkan. beberapa masih mencemooh dengan gaji yang saat itu hanya 3 juta-an dan rutinitas kerja yang belum jelas keadannya sering kali menjadi cibiran berbagai orang mau jadi apa, PNS belum jelas, Kontrak juga ngambang.

berkali-kali saya jatuh bangun dalam membangun asa yang puing-puingnya dulu sudah hancur sekali setelah di porak porandakan "dia".. tak pernah terbayangkan mau jadi apa tanpa ada dana, tanpa ada pembiayaan yang tetap, tanpa ada yang bertanggung jawab. andai dia baca, pernah terbayangkan tidak hidup tanpa uang yang tersisa. saat itu beberapa aset seperti rumah, tanah yang tertinggal belum bisa menghasilkan uang, pergi tanpa kabar dan tanpa biaya.

hingga saya menikah pun alhamdulillah tanpa warisan, tanpa dana bantuan pernikahan dari keluarga baik dari keluarga saya atau keluarga nanang kami berhasil menyelenggarakan acara yang benar-benar membuat saya berkali-kali memutar otak bagaimana menghasilkan acara wah tanpa uang yang wah.

berkali-kali saya selalu bilang pada diri saya dan suami saya "SAYA TIDAK MAU MISKIN DAN MEMBAWA ANAK SAYA MISKIN" saya berusaha keras untuk menabung, bukan untuk saya. tapi untuk anak dalam kandungan saya yang insa Allah akan saya jumpai 2-3 bulan lagi. Saya berusaha menekan segala biaya, mencukupkan semua kebutuhan agar ketika anak saya lahir kedunia dia bisa lapang untuk memilih sekolah yang dia mau, jenis pendidikan apa yang dia sukai.

gaji kami berdua yang saat ini kalau di total bisa membeli motor sekelas motor matic keluaran terbaru tidak pernah lupa untuk kami investasikan. beberapa 20% kami investasikan, dan kurang lbih 10-20% lainnya kami tabung untuk tabungan anak kami nantinya. sisanya baru kami gunakan untuk membayar mobil dan tabungan untuk membayar kontrakan rumah.
ada kebanggan tersendiri ketika yang lain masih tinggal dirumah mertua, sedangkan kami sudah mampu mengontrak dengan biaya kontrak hingga 18 juta setahun yang mungkin dianggap mahal di daerah Jambi tapi bagi orang Jakarta dianggap murah. kendaraan roda dua dan roda empat yang dimiliki sepeserpun kami miliki tanpa biaya orang tua.

ingat.. seberapa banyak gaji anda itu semua gak akan ada cukupnya kalau kalian tidak pandai mengaturnya, tidak akan berbekas sedikitpun gaji anda jika anda tidak pandai menginvestasikannya. silahkan beli baju yang mahal dengan merk terkenal tapi ingat selalu ada post pembiayaannya, silahkan berlibur kemanapun yang anda mau asal masuk hitungan dari dana pengeluaran anda,

contoh  dalam dana kuangan saya
beli pakaian atau dana fashion sebulan = Rp. 300.000 (bisa dikali lipatkan) jadi misal bulan kemarin anda tidak membeli baju maka bulan ini anda bisa membeli baju dengan harga 600.00 dst
dana liburan = Rp (500.000) dana ini belum termasuk dana makan diluar , jadi dana liburan seringkali dikaitkan sebagai dana hotel dalam semalam oleh kami berdua.
kami juga memiliki anggaran dana makan di luar = Rp. 1.200.000 (kurang lebih, termasuk dana makan diluar pada saat sabtu minggu dan pada saat diluar.
dan banyak lg post anggaran dana-dana lainnya. keseluruhan anggaran ini merupakan sisa anggaran dari dana investasi dan setelah membayar angsuran wajib.

intinya jangan pernah pergi tanpa meninggalkan apa-apa

lahir dalam keadaan miskin adalah takdir kita, tapi kita bisa memilih untuk melahirkan anak-anak kita dalam keadaan tidak miskin.


0 komentar:

Posting Komentar