Senja,, Aku Cinta

Semburat garis keemasan dirimu  semakin menunjukan Keperkasaan pada saat denting waktu beranjak pergi. Aku terlalu menikmati setiap moment disaat semburatmu nampak di setiap inchi penglihatan, tak heran "kau" selalu di cari setiap hati yang lelah. 

Perjalanan kali ini benar-benar dipenuhi syukur, bahagia dan suka. Bagaimana tidak, aku menemukan sepotong kenangan dengan keluarga yang selalu jadi tempat mengaduh. Keluarga yang menemani lelah, peluk serta susah selama 3 tahun di perantauan. Rasanya hidup kami seakan berbeda saat bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Dahulu, ada sebuah pesan yang terwujud nyata "Ketika kalian sudah kerja dan dewasa pertemanan akan menjadi berbeda, untuk sekedar tertawa saja mungkin akan menjaga rasa"

dan itulah kami, layaknya sahabat yang sering di gadangkan di Beberapa percakapan : bahwa sahabat tidak akan menaruh sakit hati / tersinggung pada sahabat lainnya. Kami memiliki panggilan keseharian seperti "Cacat, oon, bego, even like a shit we always use it" saat bertemu kembali pun awalnya terasa 'kurang sopan' memanggil seperti dahulu.  Ketika bertemu pertama, untuk sekedar terbahak-pun menjadi canggung.

Ada resah di balik percakapan beberapa jam yang terjadi, ada asa di tiap perjanjian yang kami buat.

Senja,, Aku Cinta

Pada masa remaja yang aku kini alpa

Pada keluarga yang bersama menahan duka, lapar dan tawa

Pada mereka yang berada di Belahan Indonesia lainnya

Tulisan ; Dari Perjalanan 31 Agustus - 2 September, Jawa Tengah