JUNGKIR BALIK DUNIA SUCI

Pengecap Asa, Pemimpi(n) ulung, Pecinta Kerlip Langit dan Bumi.

WELCOME TO MY BLOG

Pengecap Asa, Pemimpi(n) ulung, Pecinta Kerlip Langit dan Bumi.

Bride Wanna Be

Pengecap Asa, Pemimpi(n) ulung, Pecinta Kerlip Langit dan Bumi.

FILL MY BLOG WITH UR JOY

Pengecap Asa, Pemimpi(n) ulung, Pecinta Kerlip Langit dan Bumi.

Book and Fashion Addict

Pengecap Asa, Pemimpi(n) ulung, Pecinta Kerlip Langit dan Bumi.

CERITA BERSAMBUNG "AKU RINDU AYAH" (PART 3) End

Ku seruput tetes demi tetes greentea pait yang ada di cangkir ku sore ini. Tarian kata di tuts keyboard ku enggan berhenti mengalirkan cerita yang ada di ujung kepala ini seakan membludak ingin di terbitkan. Akan kubuat seperti apa kisah ini selanjutnya?

Kuputar kembali screen di layar handphone ku berharap sms itu dapat kubalas sebagaimana mestinya. Aku sangat berterimakasih terhadap perhatiannya tetapi, kemunafikannya membuat aku mual untuk membalas kata-kata sayangnya. Benar sekali, apalah aku tanpa dia di tahun-tahun terakhir ini. Entahlah akankah lebih baik kisah ini di akhirnya atau bahkan lebih parah.

Hari demi hari setelah monster itu datang Ayah selalu terlihat murung, biasanya Ayah akan meminta dicarikan ubannya untuk kemudian ditukar satu helainya dengan uang 500 an, tapi akhir-akhir ini sering kudapati Ayah terisak di pinggir Kolam ikan tempat aku dan keluarga ku mencari makan sehari-hari. Semenjak Ayah di berhentikan sepihak oleh Bosnya yang ada di Sekolahan, makanan sehari-hari untuk kami makan didapakan dari Kolam tempat Ayah menangis, di Kolam itu terdapat beberapa jenis ikan yang aku juga tak tau apa saja nama nya. Biasanya aku menamakan ikan itu semua nya adalah “KanKan” begitu juga Gafi, dia sangat senang saat melihat kail Ayah disangkuti oleh Kankan. Sayur untuk makan sehari-hari juga didapatkan dari tanaman yang berada di pinggir kolam ikan tersebut. Rasanya segar sekali, tanpa petstisida.

Siang hari disini terasa sangat menyengat, walaupun lokasi tempat tinggal kami yang berada ratusan meter diatas permukaan laut dan berudara sejuk tetap tak membuat panas matahari berhenti mengeluarkan keringat-keringat kami. Kali ini kudapati lagi Ayah terisak dekat tempat tinggal Kankan. Kali ini kaki kecil ini tak mampu untuk mendiamkan hal ini.
“masihkah karna wanita kemaren yang membawa undangan wangi itu Yah?” Ayah terkejut melihat kedatanganku, seketika dipeluknya aku lebih erat dari biasanya. Tanpa Ayah menjawab aku tau jawabannya adalah IYA.

Siapa dia? Berani sekali membuat Ayah menangis seperti ini.

Hari selanjutnya kulihat Ayah dan Mamak sering sekali berbicara dengan nada yang keras. Sesekali malah tertangkap kata yang kasar pula dari mulut mamak. Ada apa sebenarnya yang terjadi ? kali ini aku bergandengan tangan dengan Gafi sambil bersembunyi dibawah kolong meja belajar. Kami berdua sangat takut mendengar suara-suara tinggi di rumah kami bergema dari ayah dan mamak. Akhir dari suara itu ku dengar bunyi melengking yang nyaring, tebakan ku berasal dari piring pecah dan teriakan mamak.
“Gafi jangan nangis, ado Ayug, tenanglah, besok kalau laa besak Ayug bakal jadi Power Rangers Pink biar bisa ngelindungin Gafi” Gafi tetap tak mau menghentikan tangisnya yang tertahan, hanya bulir air mata dan tangan yang menutup telinga yang menjawab perkataanku.
“ayug janji gafi.. akan kulindungi kau dengan apapun di dunia ini”

Sudah 1 bulan semenjak si monster datang kerumah kejadian aneh terus datang pada keluarga kami. Kali ini ayah kejadian besar terjadi, tiba-tiba di suatu hari Ayah mengajak Gafi pergi dengan membawa beberapa baju. Hanya Gafi yang diajak. Ayah menjanjikan Gafi untuk pergi ke Kota menghadiri undangan seorang kerabat Ayah. Saat itu Gafi senang sekali akan pergi ke Kota seperti yang di janjikan Ayah. Beruntung sekali adik ku satu itu. Jangankan pergi ke Kota, pergi ke Pasar Malam di desa inipun aku tak pernah.

“Pegi dulu yo yug, Agek kalau Ayah pegi jangan lupa siram semua tanaman di tepi kolam ikan ya, dag usah mancing kalau dag pacak, agek ambek bae ikannyo pake jaring. Cak nyo pacak laa dapat banyak Kankan kalian. jangan nakal. jadi orang hebat ya Nak nantinya. Dimanapun ayah berada percayalah ayah selalu bangga dengan anak-anak ayah” Sekali lagi ayah memelukku erat seperti saat ku lihat dia menangis di pinggir kolam. Diciumin nya pipi kanan dan kiri ku seakan enggan lepas. Gafi yang memakai tas punggung gambar power ranger tampak tak sabar meninggalkan rumah. Berkali-kali kulihat adikku ini tampak gagah sekali dengan pakaian bersih yang hanya sedikit dia punya.

“Coba panggil dulu mamak, ayah laa mau berangkat” Berjam-jam Ayah duduk diluar tak juga mamak menghampiri untuk mengantarkan kepergian mereka sehingga Ayah pun mengamanatkan aku untuk memanggil mamak yang berada di kamar.
“bangun mak, ayah laa mau pegi” kuguncang-guncang badan mamak, tak jua badannya bergeming. Hanya deheman pelan menandakan beliau masih bernafas
“cepat la mak,, kagek ayah pegi nian” kuulangi perkataan tersebut berkali-kali. Mata mamak tak jua terbuka. Aku menyerah. Begitupun ayah. Hanya Gafi yang masuk ke kamar mamak berpamitan dan mencium kening mamaknya. Sebelum berpisah Gafi memberikan mainan power ranger nya pada ku
"Gafi titip ranger pink yo yug, kalau pink kan punyo cewe, agek gafi balek gafi ambil lagi" senyuman khas dari giginya menjadi senyuman terakhir yang takan pernah aku lupakan.

Ayah dan Gafi pergi, meninggalkan aku dan mamak di desa ini untuk ke Kota menemui kerabtnya yang kemudian aku tau bahwa kerabatny adalah monster itu. Iya monster yang akhirnya merebut Ayah dan Gafi untuk selama-lamanya.

Berbulan-bulan Ayah dan Gafi tak pernah ada kabar, Mamak semakin kurus adanya, Kankan semakin lama semakin menipis kesediannya. Sudah 14 bulan 22 hari dan Ayah belum pulang. Mamak pun tak berusaha mencarinya. Mamak tak pernah menangis sekalipun aku sering mengintipnya pada malam-malam, tak pernah ku pergoki mamak menangisi Ayah ataupun Gafi yang tak pernah pulang.

Hari ini tepat 22 Bulan 17 hari Ayah dan Gafi pergi aku melihat mobil mewah lainnya datang parkir di dekat kolam Kankan. Mobil kali ini lebih bagus dari mobil-mobil sebelumnya yang pernah kulihat. Warnanya putih, kursinya cantik, pasti yang punya orang hebat batinku dalam hati. Dari mobil tersebut keluar seseorang yang sangat kubenci. Ya. Siapa lagi kalau bukan monster itu. Wanita monster itu kali in memakai jaket hitam, levis lusuh, sepatu yang sudah menguning dan kerudung alakadarnya. Gayanya kontras sekali dengan mobil yang dia gunakan. Mungkin sebagian orang akan mengira dia adalah sopir perempuan dari pemilik mobil itu.

Kali ini monster tersebut menyapaku dengan senyuman sebelah bibirnya. Lalu berjalan perlahan menghampiriku. Saat itu beberapa pikiran buruk berkecamuk dalam diri, akankah wanita monster ini hendak menculikku dan menghilangkan aku dari dunia ini seperti yang dilakukannya pada Ayah dan Gafi, ataukah wanita ini hendak mencincangku lalu membuang mayatku dalam kolam kankan. Semakin dekat wanita itu semakin aku dapat mencium wangi strawberry dari pakaiannya. Wanita itu semakin dekat dan aku hanya mampu terpaku terdiam sembari menerka apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

“Hai.. jumpa lagi. Masih tetap ingusan yah. Apa kabar ?” sapa wanita itu yang kemudian mencari batang kayu yang bisa ia duduki.

“kaa...bbb...aar baikk yug” jawab ku sekenanya

“mamak kau ada? Ah .. malas sekali aku jumpa dengannya, ini kutitipkan surat dari ayahmu untuk kau dan mamak kau”

Mendengar nama ayah seketika hatiku berdesir, sedih sekali mendengar nama Ayah yang hampir dua tahun telah pergi meninggalkan kini dikumandangkan. Aku menerima surat itu dengan tangan begetar tanpa menatapnya.

“ingat saja, kalau kau butuh bantuan akan kubantu sebisaku. Gak usah ngarep Ayah dan Adik kau bisa pulang lagi. Kau baru menunggu berapa ? 1 tahun? 2 tahun? Hahahaha... aku bahkan lebih dari itu. Malah aku senang dia pergi dan tak kembali, surga sekali rasanya tak ada dia. Kelak setelah dewasa kau akan mengerti betapa mengerikannya dia. Syukurlah dia meninggalkanmu sendiri. 
Mungkin dia tau bahwa kau yang mampu hidup nantinya”

Ucapannya kali ini membuat beberapa bulir air mata ku menurun derasnya.tangan ku bergetar hebat. Wanita di sebalahku memelukku melihat kondisi ini. Tak bisa kupungkiri pelukannya yang hangat membuat aku menangis dan bersandar dipundaknya dalam dalam. Mengapa wanita ini mengatakan hal seperti itu ? apakah ayah juga dulu meninggalkannya? Apakah kini giliranku yang akan di tinggalkannya? Lalu mengapa dia membawa Gafi dan aku tidak? Mengapa ?

"Jadi ayah dimana ?" tanyaku mengakhiri rasa pertanyaanku yang banyak selama ini.

"jangankan Kau. Aku menghampirinya dengan rendah hati memintanya  untuk menjadi wali seumur hidup sekali pun dia tak datang"

Kini aku melihat gelap yang semakin nyata. Perempuan itu benar-benar monster adanya. Membawa berita bahwa kini aku menjadi Yatim adanya. Wanita yang memiliki pelukan hangat itu, membawa kenyataan yang sangat takut aku gemakan.

Kembali aku mengingat saat dimana perih itu terasa, tertinggal dari mereka yang disayang. Beberapa memang pantas ditinggalkan bukan karena mereka terbuang, tapi karena Tuhan punya cara lain untuk memeluk dan merangkul dan naik beribu kali derajat dibandingkan saat bersama. Beberapa telpon pencarian dari kenyamanan pun tak lagi kurasakan dari entah laa yang sulit kusebutkan namanya bahkan insialnya pun tercekat di tenggorokan.

Ku hirup tetes terakhir greentea yang bersisa di cangkirku. Kuselesaikan kata terakhir dengan menggantung adanya. Aku berhenti berharap bahwa kehidupan nyata ku lebih baik dibanding khayalanku jua. Namun nyatanya cinta memang mendendam adanya, di agungkan pada pertama di hancurkan pada akhirnya. Terimakasih untuk membiarkan aku terlepas dari beban kata, perwakilan Sepri membuat aku merasa sebagian kehilanganku tersampaikan.

Untuk dia dan Ia, terimakasih menjadikan idola yang ku idamkan berubah menjadi sampah adanya.