“kalaupun kau akan
datang dan menjadi waliku, aku sangat berterimakasih. Jikalau bahtera
peperangan ini belum berakhir maka sudi kiranya kesediaan kau untuk memberikan
kuasa kepada adik mu untuk menjadi waliku” ujar wanita itu.
Tak berapa lama
setelah menarik napas sebentar tanpa menyenggol seujung kulitpun pada kue yang
mamak hidangkan monster wanita cantik itu pergi dengan mobil sport tipe audi a4
yang sempat dibaca Seprie di belakang bodi mobil tersebut. Baru kali ini ia membaca
mobil dengan merk seperti itu. Ia bisa meneebak bahwa mobil yang dikendarainya
adalah mobil yang harganya tidak murah. Setelah wanita monster itu pergi ia
melihat ayahnya membuka kertas biru yang wangi itu sambil menggendong Gafi adik
laki-lakinya.
“yah, siapo niand ayug
td tuh ? ngapo nak memanggilnya ayug niand? Dag galag aku”
Tanyanya sambil
menggenggam tangan Gafi yang berada di pangkuan Ayah, sekali kali matanya melirik
ke kertas biru tersebut mencoba untuk membaca apa yang tertulis disana.
Nanik & Norman.
terbaca sekilas judul di kertas biru tersebut yang dihiasi tinta mas.
“kau tuh masih kecik,
agek mun laa besak kau tau jugo sep, agek yo Ayah ceritoi okeh bos”
Jawab ayah sambil
mengusap lembut rambut Seprie Lalu ayah pun beranjak membereskan hidangan yang sedari
tadi tidak disentuh oleh wanita monster itu dan menaruh Gafi di pangkuan Seprie.
“Gafi, gafi, kalau iyo
niand ayug tadi ayug aku, berarti ayug kau jugo dag?”
Tanya Seprie pada gafi
, namun gafi hanya menjawabnya dengan senyumnya yang memamerkan deretan giginya
yang termakan oleh manisnya permen , itu lah yang dia tahu.
Drettt.. dreeetttt ...
Getar inbox hp ku kembali mengagetkanku dan membuyarkan semua ide akan tulisan yang
sedang menari-nari dengan ritmis nya jauh di khayalanku. Dengan bermalas aku
cek message di inbox ku. Yap ... dia, sudah kutebak. Lelaki yang sangat
perhatian, sangat santun terutama sangat sabar dalam membimbingku menghiasi
inboxku. Ingin tiap harinya kutuliskan berjuta kata indah untuk membalas semua
kesabarannya, ketegarannya. Baru kali ini aku begitu terpana dengan sikap
seorang pria.
Jangan lupa makan siang yang, aku
gak mau makan kalau kamu belum makan. Semangat ya nulis ceritanya. Tulis cerita
tentang kita ya sayang.
Sayang
:*
Selalu, inbox ku akan penuh dengan kata-kata sayang darinya,
kalau terlambat sedikit saja aku membalas pesannya kata-kata sayang akan
semakin banyak menghias. Aku jadi ingat pertama kali ketika aku dan dia
bertemu. Sudah hampir 4 tahun aku tidak bertemu dia. 4 tahun yang lalu status
kami hanyalah seorang anak sekolahan yang memandang sebatas teman dan mengagumi
dari hati masing-masing. Karena tuntutan orang yang ku idolakan aku terlampau
menggilai dunia prestasi. Aku bertahan, bangkit, bahkan merangkak untuk dapat
membanggakan idolaku. Aku ingin setiap prestasi yang ku ukir dia akan
mebalasnya dengan sebuah ucapan kebanggaan yang akan dia ceritakan dengan nada
sumringah di depan teman – temannya. Aku menyukai moment seperti itu. Aku
menikmati moment yang kini sangat kurindukan. Karena sekarang, tak ada satupun
yang peduli atas apa yang aku raih. Apa yang aku dapat tak lebih dari apa yang
aku ambisikan karena keinginanku untuk membalas dan membeli semua yang telah
membuat aku seperti ini. Membuat hati aku mengering dan berkerak hingga robekan
lukanya yang perih di biarkan menganga terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar